Rabu, 25 Juni 2014

Yogyakarta, kamu manis :*

Jl. Malioboro
Kata orang, banyak sajak indah di Malioboro. Saya percaya. Malam itu, dengan becak yang dikayuh lamban oleh seorang kakek 70 tahun, saya menyesap kedemaian di setiap tamparan angin malam itu. Di sepanjang jalan Malioboro, sorot lampu, petikan gitar, senandung pengamen jalanan, hingar-bingar penjajak dagangan, sepatu kuda, dan setiap dentum jantungku adalah ritme. Kami bersatu, menjadi sebuah melodi. Malioboro, adakah sepi walau hanya semalam?

 Cafe cantik dekat Hotel Utara
Di Yogyakarta, setiap pagi terasa manis. Pagi itu, saya sarapan sendiri, tapi tidak terasa sepi. Betapa Jogja menyimpan hamparan magis.

 Museum Benteng Vredeburg
Dua Sahabat saya ini, adalah pemanis setiap detik yang saya lalui, setiap kilometer yang kami tinggalkan, menjauh dari antagonisnya Ibu Kota. Mungkin, Jogja tidak akan semanis ini tanpa mereka.


House Of Raminten
Unik, antik dan elegant. Saya sangat jatuh cinta dengan kursi khas Jepang di sana, namanya 'Tatami'. Saya selalu punya keinginan untuk bawa pulang setiap sofa/kursi super enak di manapun tempat umum yang saya kunjungi. Kenyaman adalah harga mati. 

 Nol Kilometer Yogyakarta
Lihat, deh, wajah Pocongnya. Seram, kan? Tapi, di balik itu, Ia berbisik di telinga sahabat saya yang ketakutan, "Kamu jangan takut, di samping aku aja, biar nyaman." ha ha ha. By the way, Nol Kilometer cantik, jantungnya Jogja, setiap butir debu menari bak memegang panggungnya sendiri.

 Taman Lampion, Taman Pelangi
Taman Lampion. Subhanallah, di sana itu cantiiiiik sekali. Lampu-lampunya bikin bahagia. Iya, kamunya juga :*

 Jungwok Beach
Pantai Jungwok, Pantai perawan di kawasan Gunung Kidul. Luar biasa cantik, tak terjamah tangan-tangan kotor manusia kota. Garis pantai, segulung ombak, pecahan karang, pasir putih, adalah janji Tuhan surga itu nyata. Di sana, berteriaklah seolah tak satu pun orang yang mendengar. Kemudian lepaskan semua kegetiran, biarkan ia tergulung ombak. Tugasmu hanya tersenyum. 

 Meseum Gunung Merapi 
Museum ini berubah fungsi semenjak kedatangan kami berenam. Kepala Genk-nya kami adalah Utha.

 Please, jangan fokus ke kancutnya Mpit :)))

 Kalimilk #Neneners

 Rumah Makan Jejamuran


Jogjakarta, kalian istimewa :*


Diana Monica

Minggu, 25 Mei 2014

Detik

1.073.200 detik itu kusimpan.
Terimakasih untuk rasa yang hampir terlupakan.
Sekarang, saatnya mengobati luka yang coba-coba kugores dengan kesengajaan.
Terimakasih, luka ini menyenangkan.
Tolong jangan dilupakan.

Diana Monica,

Selasa, 07 Mei 2013

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 2]

Lihat cerita sebelumnya Perempuan Dalam Mimpi Episode 1





Perempuan Dalam Mimpi

Episode 2

Masih di meja yang sama, di bawah senja yang sama dan masih dengan pemandangan perempuan yang sama di luar jendela. Sudah hampir 30 menit aku diam-diam memerhatikannya. Perempuan yang tempo hari kubuat bingung dengan ucapanku.

Aku tidak menyerah, kali ini aku akan kembali menghampirinya. Mengatakan bahwa tak hanya alam yang mencoba mempertemukan kita, tapi tangan Tuhan-lah yang bergerak mengatur semuanya, berkonspirasi dengan alam membentuk semua rangkaian pertemuan ini.

Semua sudah aku persiapkan, di tanganku ada sebuah buku berjudul 'Reinkarnasi Tidak Pernah Mati'. Di buku ini, banyak pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki jawaban. Seperti yang aku alami saat ini, semua seperti tak memiliki jawaban, tapi aku tetap meyakini. Kuharap buku ini bisa membantu.

Aku masih di sini, menunggu kakiku bergerak dengan sendirinya, seperti saat itu. Perempuan itu masih saja sama, tak sedikitpun bibirnya menyimpulkan senyuman. Padahal, aku yakin sekali wajahnya akan ribuan kali lebih cantik jika saja ia sedikit bermurah senyum.

Ya, kakiku mulai melangkah dengan sendirinya, berbarengan ketika perempuan itu meneguk kopi dinginnya. Jantungku berdegup sangat kencang.

Saat ini aku tengah berdiri tepat di hadapannya, perempuan itu menoleh, kemudian mengerutkan dahinya. Aku duduk tanpa izin di mejanya. Perempuan itu tampak tidak senang, ia bangkit hendak meninggalkanku.

"Reinkarnasi..." Ucapku terburu-buru sebelum ia mengabaikanku untuk kedua kalinya.

"Haa??" Perempuan itu menyiratkan ribuan keheranan di wajahnya.

"Kamu percaya pada reinkarnasi?" Tanyaku. Perempuan itu diam. "Aku yakin, di kehidupan sebelumnya kita saling kenal, bahkan mungkin sangat dekat. Apakah kau tidak bisa merasakannya? Entah apa yang telah atau mungkin belum sempat kita lakukan di kehidupan sebelumnya, hingga di kehidupan kali ini Tuhan mengagendakan mempertemukan kita kembali." Lanjutku.

Masih dengan wajah kesalnya, ia menghempaskan tubuhnya ke kursi seolah menunggu penjelasan konyol dariku. "Okay, tell me. Who you are?"

"Namaku Saka, aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya laki-laki biasa yang setiap malam kau teror melalui mimpi. Aku percaya, kau bukan hanya sekedar bagian dari mimpiku. Dan aku yakin, Tuhan memiliki misi tersendiri atas semua rangkaian pertemuanku denganmu, di mimpi, di sini, saat ini." Aku terus memandangi kedua bola matanya dengan penuh keyakinan, berharap tiap kata yang aku ucap dapat meresap ke setiap partikel dalam tubuhnya.

"Kau bacalah ini..." Aku menyodorkan sebuah buka yang sejak tadi kugenggam.

"Reinkarnasi Tidak Pernah Mati?" Ia membaca judul buku yang aku berikan.

"Ya. Jika kau ingin membantu misi Tuhan, temui aku kembali di sini setelah kau selesai membacanya." Pintaku dengan begitu banyak harap.
***

DIANA MONICA, 
#FlashFictionBersambung



Senin, 18 Februari 2013

Pernah

Pernah mencintai dengan sangat? Saya pernah. Pernah dicintai dengan sangat? Saya pun pernah..
Dikecewakan, disakiti, dilukai, dikhianati dan ditinggalkan. Semua seperti satu paket yang harus dengan mentah-mentah saya terima.
Seperti quote yang saya kutip dari sebuah Jejaring Sosial.
"Jatuh cinta adalah perihal perjalanan, dari satu kehilangan menuju kehilangan selanjutnya..."
Saya pernah kehilangan, dan sekarang saya sedang berjalan menuju kehilangan selanjutnya. Wish me luck :')

















Diana Monica,

Selasa, 15 Januari 2013

Surat Untuk Masa Depan

Kamu, apa kabar? Setelah Tuhan hilang sabar kemudian menghukumku, apa kamu tetap di sana? Menungguku? Ah, lancang sekali aku bertanya kesediaanmu menungguku. Setelah hampir di setiap kesempatan aku menyia-nyiakanmu.  
Kamu, maaf jika aku masih saja lancang memintamu dalam sujudku, merengek pada Tuhan agar kamu selalu hadir di hari-hari yang akan aku jalani kelak. Tuhan, Dia Maha Baik, Dia menjawab semua pertanyaan dalam sujudku tiap malam. Hingga esok hari, aku selalu menemukanmu. 
Kamu selalu datang, seperti janji Tuhan padaku. Lalu, apa aku bersyukur? Apa aku menjagamu? Tidak. Aku mengabaikanmu, aku menyia-nyiakan kebaikan Tuhan. Apa yang aku rundingkan pada-Nya aku buang dengan cuma-cuma. Seperti makhluk Tuhan yang penuh kesia-siaan, berkali-kali, sadar dan tanpa sadar, aku melewatkanmu. Hingga Tuhan murka padaku, pada kelalaianku, pada rasa syukurku yang perlu didongkrak habis-habisan.  
Di situ tangan Tuhan bergerak, menyentuh hatiku agar segera sadar. Aku sadar. Tapi, rupanya Tuhan ingin menyentilku. Titik sadarku berbanding lurus dengan perginya kamu dari hariku. Aku lalai, kamu ada. Aku sadar, kamu pergi. Betapa Tuhan Maha Adil.  
Maka, izinkan aku kali ini setia pada waktu, seperti kala kamu setia pada kelalaianku dahulu. Bujuk Tuhanmu, untuk kembali berbaik hati mengembalikanmu ke hariku. Aku membutuhkanmu, seperti senja yang menyingsing gelap, seperti manusia yang menyongsong masa depan. 
Kamu, tetap duduk manis di sana. Aku sedang menunggu Tuhan meniup peluitnya. Setelah itu, aku akan berlari sekencang hujan mengejar bumi. Menujumu. Masa depanku. 

Aku,



#30HariMenulisSuratCinta

Rabu, 09 Januari 2013

Sembilan Januari

Jendela kamarku berembun. Ada titik-titik air hujan menempel di sana. Indah? Absolutely, yes! Cantik bukan main. Sejak semalam hujan tak berhenti berhamburan jatuh ke tanah. 
Hari ini tanggal sembilan, ulang tahunku. Tak ada yang aku special-kan hari ini. Tidak se-exited seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku tak lagi banyak meminta. Minta jatah uang traktir teman-teman, minta kado ini-itu, nasi kuning, kue tart. Semua itu tak lagi aku lakukan di tahun ini. Apa aku sudah bisa disebut dewasa? Hihihi. 
Tahun ini aku lebih menghargai arti sebuah doa, meng-amin-i semua doa yang mereka kirimkan untukku. "Tuhan, kabulkan doa yang mereka kirim untukku hari ini." 
Selamat ulang tahun, Diana Monica. Selamat berlari sekuat hati menuju garis finish. Aku percaya, Tuhan dan doa orang yang mengasihiku setia menyertai langkahku :')


Diana Monica,

Selasa, 01 Januari 2013

2012

Hey, 2012. Tahun yang diperkirakan banyak orang akan menjadi akhir. Seperti tahun yang sudah-sudah tidak pernah ada resolusi yang saya buat di awal pergantian tahun, seperti biasa saya selalu santai menghadapi tahun. Tapi, tanpa menimbang-nimbang sebelumnya, mari saya sebut tahun ini adalah tahun terberat, sepertinya. Kenapa berat? Rahasia ajalah, biar saya dan draft agenda hidup saya yang tau. Bahkan di tahun berat pun saya masih santai. Sampai kapan? Mari kita lihat hingga di blog saya nanti ada postingan ber-title 2013 atau seterusnya.

Hey, 2013. Untuk pertama kalinya, saya akan membuat sebuah resolusi. Selamat, kamu menjadi tahun pertama yang saya jatuhkan sebuah resolusi awal tahun. So, be a nice please, 2013. Apa resolusi saya?

SERIUS!!!

Tahun ini saya akan menjadi pribadi yang lebih serius, dalam hal apa pun. Saya tidak mungkin melulu menjadi belia 17 tahun, waktu tidak akan ikut menjadi santai kalau saya terus bersikap santai. Time flies, waktu akan tetap pada jalurnya, tetap berlalu. 

Terimakasih, 2012. Untuk 366 hari yang diberikan sepenuhnya untuk saya tanpa kurang satu detik pun. Selamat datang 2013, semoga resolusi perdana saya berjalan dengan baik.

Happy new year, everyone \m/



Diana Monica

Jumat, 21 Desember 2012

HUJAN~






Air hujan, dia paling teguh
Semesta, dia punya kuasa
Langit, berkehendak sesuka hati
Meminta air hujan pergi dan kemudian diminta untuk kembali
Tapi, air hujan tetap setia mencari jalan untuk kemudian bersatu kembali dengan langit. 
Tak peduli berapa pun dia dihempas ke bumi.

Diana Monica,







tak ada waktu tuk menjelaskan
tak sangka ini kan datang
tiap liku berbagi hidup
sejenak melepas lelah
kautinggalkan diriku

ingat kembali yang terjadi
tiap langkah yang kita pilih
meski terkadang perih
harapan untuk yang terbaik
sekeras karang kita coba

tak akan kuhalangi
walau ku tak ingin kaupergi
kan kubangun rumah ini
walau tanpa dirimu 

waktu hujan turun 
di sudut gelap mataku
begitu derasnya
kan kucoba bertahan


Rabu, 19 Desember 2012

Dandelion

Seperti kelopak Dandelion yang terhempas angin, mengangkasa di udara tanpa pernah diizinkan jatuh ke tanah untuk menaburkan bibit baru sebuah kehidupan. Seperti itulah rinduku hidup, tetap ada walau tanpa izin.















Diana Monica,

Rabu, 12 Desember 2012

Masih Meja Yang Sama

Pukul sembilan malam. Di kios yang biasa kita kunjungi, meja di sudut tepi jalan, dua cheese burger ukuran besar, empat teh botol di atas meja, lampu redup berwarna kuning dan tentu saja gelak tawa kita yang beradu saut dengan knalpot kendaraan. Kesunyian malam yang menenangkan mana lagi yang tak patut kusyukuri? Tapi, tempat ini, malam ini, terasa berbeda. Tanpamu...



Diana Monica,